Selasa, 19 Juni 2012

naskah drama: mimpi-mimpi (khayalan)


Mimpi-Mimpi (khayalan)

Oleh jamhur alhabib

Character:
Ibu sumirah
Bapak Hanafi
Hafiz
Adiknya
- Wanto
Setting:
Adegan terjadi di malam hari di suatu ruangan (Hafizh sedang membuka-buka brosur study ke luar negeri).

Adegan 1
Ibu Sumirah: Fiz, kamu sedang apa? Bantuin ema yuch nyiapin makanan buat di jual besok..(sambil membungkus kue putrid malu ke dalam plastik)
Adiknya Hafiz: Kak, ngapain sie buka-buka brosur ke luar negeri begitu, orang miskin kaya kita begini mana mampu pergi kesana. Boro-boro buat ke luar negeri buat makan aja sudah susah.
Bapak Hanafi duduk disampingnya
Ibu Sumirah: lha nak, iya bener kata ade mu itu,, mana mungkin orang miskin kaya kita bisa pergi keluar negeri! Jangan menghayal begitu pamali bisi kumaha onam ah (berbicara campur aduk)
Bapak Hanafi: emang kenapa kalau punya impian dan cita-cita itu bagus musti setinggi-tingginya jangan tanggung-tanggung, asal kita juga musti berusaha dan berdoa supaya cita-cita kita bisa tercapai.
Adiknya: ah, bapak jangankan buat kuliah di luar negeri buat makan kita sehari-hari aja kita sudah susah. Memangnya bapak mampu membiayai kuliah disana? Orang hutang kita aja numpuk masih belum di lunasi, mana kak Hafiz sekarang harus bayar semester!
Hafiz: lha gimana sie kalian, bener kata bapak punya impian itu jangan tanggung-tanggung. Tapi saya juga tahu hal ini tidak mungkin untuk sekarang tapi siapa tahu hidup saya selanjutnya bisa berubah.
Saya merasa tertarik saja kuliah disana bisa bertemu dan bersosialisai dengan banyak orang, tidak seperti disini tiap hari serasa sumpek, kuliah Cuma gitu-gitu aja!
Nggak mengesankan!
Bapak Hanafi: nak, kamu harus belajar yang bener, selalu berdoa, mengaji, dan jangan lupa sholat nggak boleh ditinggalkan. Bukannya bapak tidak mengijinkan kamu bisa kuliah jauh, tapi kita harus mengukur keadaan kita sendiri.
Kamu harus bekerja keras!
Ibu Sumirah: lha, Fiz. Janganlah menghayal tinggi-tinggi kalau jatuh entar sakit. Kamu ini bagaimana sie bukannya bantuin ema bungkusin kue.
Lihatlah ade mu ini, dia enggak pernah berhayal seperti kamu, tapi dia rajin membantu ibu mu ini .
Tidak seperti kamu ini, tiap hari kerjaannya hanya keluyuran, pulang malam, balik-balik Cuma makan, tidur, lantas apa yang musti ema banggain.
Hayalamua itu?
Hafiz: Ma, Hafiz juga kalau enggak kuliah dan kerja pasti pulang cepet.
Tapi gimana, hafiz sedang mengumpulkan uang untuk bisa ikut beasisewa kul;iah di luar negeri.
Adiknya: kakak gimana sie…bukannya uang itu dibayarin buat semester malah tabungan, lihatlah ema dan bapak bersusah payah begitu setiap hari terus bekerja keras buat bayar semester dan buat bayar hutang bekas uang semester yang kemarin belum lunas, belum lagi bunganya yang besar.
Apa kakak tidak kasian!
Hafiz: kamu itu tidak tahu apa masalah orang dewasa, ngapain ikut campur sie, urus saja dirimu sendiri.
Serentak Hafiz berdiri dan pergi meninggalkan mereka menuju kamarnya.

Adegan 2
Malam yang gelap diterangi bintang-bintang yang berkilauan, serta suara burung-burung malam yang menghidupkan malam di bulan Agustus.
Hafiz membuka jendela dan menatap keluar jendela sambil memikirkan perkataan mereka.
Ya allah, memang kenapa kalau aku seorang anak orang miskin, kenapa aku tidak boleh mempunyai impian untuk belajar di luar negeri, kenapa engkau tidak adil, hanya orang yang berduit saja yang bisa keliling luar negeri semaunya.
Meskipun orang tua mereka seorang koruptor, yang menghabiskan uang rakyat kecil seperti keluarga saya ini,
tetapi anak-anak mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Kenapa orang miskin seperti aku, untuk biaya kuliah saja sangat mahal, sudah begitu setiap semester harus bayar tidak boleh tidak. Mungkin buat mereka uang segitu tidaklah ada artinya tapi buat keluargaku, uang 3 juta adalah jumlah yang sangat besar. (meneteskan airmata).
Braaakkk…(hafiz melempar buku yang beisi brosur ke dinding, serentak semuanya terkaget-kaget)
Ibu Sumirah: Hafiz………….terongoh-ongoh masuk dan menggedor kamar Hafiz.
Hafiz…hafiz…ada apa?
Hafiz: (diam sambil menangis)
Ibu Sumirah: kreeeeeeeeet….membuka pintu kemudian masuk ke kamar Hafiz.
Kamu ini kenapa toh, nak!
Marah-marah enggak jelas begitu, apa gara- gara perkataan Ema mu ini tadi. Ema in kan Cuma memberitahumu saja, jangan terlalu mengahrapkan sesuatu yang belum tentu bisa jadi milik kita.(sambil mengelus-elus punggung Hafiz untuk menenangkan)
Bapak Hanafi: Hafiz…Hafiz…!(dating ke kamar sambil tertawa terbahak-bahak)
Hafiz: Kenapa Bapak tertawa (langsung duduk dan melongo)
Bapak Hanafi: iya, sifat mu itu mirip sekali dengan Bapakmu waktu umur 10 tahun. Dulu, bapak ingin sekolah tapi kakekmu itu tidak mengijinkan karena tidak mempunyai biaya untuk mensekolahkan Bapakmu ini.
Hafiz: Pak, Ibu maafin Hafiz yah!
Hafiz tidak bermaksud untuk……………!
Ibu Sumirah: sudahlah nak ibu juga mengerti, ya beginilah nasib kita mungkin Allah memang mentakdirkan kita untuk hidup susah begini. Tapi kita harus selalu bersyukur apapun yang diberikan Allah kepada kita. Maukita hidup enak ataupun hidup serba kekurangan seperti ini. Itulah ujian buat kita supaya kita selalku bersyukur kepadanya. Belum tentu juga kan orang kaya masuk surga, apalagi kalau kayanya hasil korupsi seperti yang sering kita lihat di Koran-koran itu lho.
Bapak Hanafi: Iya bener kata Ema mu ini nak.
Jadi, memangnya kamu mau pergi ke luar negerinya kemana?
Ibu Sumarni: lha, pak. Memangnya kita punya diut berapa?
Bapak Hanafi: ya punya lah. (Sambil terbahak-bahak)
Adiknya: Bapak, beneran punya diut?
Memangnya punya duit berapa banyak?
Bapak hanafi: pokoknya tentuin dulu kita mau pergi kemana?
Adiknya: Ke Australia saja, Pak. Katanya disana banyak kangguru.
Hafiz: Di sana kan sedang musim panas, jangan kesana ah entar kulit kita gosong.
Ibu Sumirah: ya ngapain juga kesana, paling Cuma liat kangguru doank. Di kebun binatang sini juga sudah ada.
Pak Hanafi: yuch sudah ke Amerika saja.
Ibu Sumirah: Alah bapak ini…sama aja kaya anaknya suka menghayal(agak marah)
Adiknya: tapi boleh juga, pak.
Pak Hanafi: ya sudah jadi kamu mau ke Amerika?
Adiknya: Tapi…Bapak punya uang dari mana?
Bapak Hanafi: sruuuuuuuuuuuttt……………ah (meminum kopi)
Ya, nda punya lah!
Hafiz: bapak nie bagaimana, trus kita kesana gimana caranya?
Bapak Hafiz: Kalian loncat pagar saja di kedutaan!
Hafiz: ( tertawa terbahak-bahak)
Ibu Sumirah: (kebingungan), lho emang bisa toh Pak?
Adiknya: ya, bisa toh Bu. Tapi itu namanya sie menderita di negeri orang. Kalau kita kesana Cuma jadi gelandangan buat apa toh!
Bapak Hanafi: yah kan katanya disana gelandangan juga dapat duit…!
Hafiz: yah, kalau ke luar negeri Cuma jadi TKI nda mau ah, entar disiksa kaya TKI yang lain tuh. Udah gitu disana banyak TKI yang jadi gelandangan. Kan malu-maluin aja pergi ke luar negeri Cuma kerja jadi gelandangan. Nggak,,,nggak ah nggak sudi!
Semua tertawa terbahak-bahak
Bapak Hanafi: yah sudah mulaibesok kita pergi ke Depnakertrans kali aja ada lowongan jadi gelandangan di luar negeri dari disini Cuma jadi kuli bangunan yang gajinya kecil begini.
Hafiz: janganlah, pak. Tak sudilah aku mengijinkan bapak pergi kesana.
Bapak Hanafi: lho, tak apa-apa toh kan uangnya lumayan.
Hafiz: kalau Cuma jadi gelandangan terus menderita sie bukan nggak kenapa-napa, tapi kenapa-napa!
Adiknya: yah sudahlah kalau gitu ade mau ke London aja besok.
Hafiz: hahahaha.. punya duit lho?
Adiknya: gratis ko, sekarang aja bisa
Hafiz: iya gratis orang Cuma lihat dari peta geografikan!
Adiknya: iya, (tertawa) soalnya besok pelajaran Geografi.
Ibu Sumirah(terlihat sedikit bingung): ah, Ema nda ngerti ngerti kalian ini menghayal saja dari tadi kalau mau besok ikut Ema saja.
Adiknya: memangnya Ema mau daftar jadi TKI juga? (sedikit ketakutan)
Ibu Sumirah: bukan, Ema besok mau jualan kue..!
Hafiz: alah, Ma nie nggak nyambung, nggak nyambung!
Semuanya tertawa.



Adegan 3

Tok…tok…tok pak, bu tolong! Semua keluar kamar dan menuju ruangan dan segera membukakan pintu.
Bapak Hanafi: (sambil membuka pintu) lah, kamu toh Di. Kenapa? Mau ikut ke luar negeri juga?
Wanto: bukan tolong saya, istri saya mau bunuh saya!
Bapak Hanafi: Walah…walah kasus pembunuhan. Makanya jangan suka selingkuh. Siapa istri yang mau di selingkuhin oleh suaminya.
Ibu Sumirah: Iya, Wanto.. kamu ini bagaimana sih jadi laki-laki itu harus bertanggung jawab, jangan mengabaikan istri, saya juga sebagai perempuan jadi ingin membunuh kamu juga.(sambil marah)
Hafiz: daripada Mas WAnto selingkuh mending ikut saya ke luar negeri!
Wanto: wah, boleh tuh
Daripada saya di gebukin sama istri saya, mending kabur aja. Memangnya kalau ke luar negeri naik pesawat apa?
Hafiz: naik pesawat televise. Pagi jam 6 stand by di depan TV.
Wanto: itu sie nonton berita toh Mas…(tertawa)
Bapak Hanafi: memangnya tidak bisa ditangani sendiri?
Wanto: tidak bisa, tadi istri saya bawa karung sama tali buat ngegantung saya katanya terus saya mau di buang gitu. Yah, saya takut jadi melarikan diri.
Hafiz: hahaha ya sudah mas diam saja disini nanti Bapak sama Ibu nenangin Istri mas.
Wanto: iys terima kasih ya!
Hafiz: iya, tapi jangan selingkuh lagi kaya orang kaya saja coba-coba main poligami!
Wanto: iya, kan poligami lagi ngetrend sekarang toh Mas
Bapak Hanafi: Alaah, kamu ini alas an saja itu kalau mata keranjang yah mata keranjang saja.
Ibu sumirah: yah sudah dari pada kalian malah pada gitu, mending saya saja yang kesana.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar